Jumat, 22 April 2011

Kegalauan Seorang Menanti Jawaban


suara hati seorang “gila”
(ditulis di al-madînah al-munawwarah 28 rajab 1416/20 desember 1995)
semuanya masih serba teka-teki, dan sumber teka-teki itu adalah manusia,
dan yang mengundang teka-teki adalah kata-kata,
karena kata-kata itu adalah transparan yang tidak mempunyai definisi…
misterius…
seribu satu kemungkinan begitu serius menyembunyikan kehidupan.
mungkinkah burung garuda terbang hanya dengan satu sayabnya ?
akankah menimbulkan suara,
apabila manusia menepukkan tangan kirinya di udara ?
mungkinkah manusia hidup wajar dengan separuh hatinya ?
mungkinkah manusia mengharapkan sesuatu yang tidak tentu adanya ?

mengapa manusia masih selalu (bisa) bertahan dengan kehampaan?
mungkinkah manusia bertahan dalam kebosanan ?
mungkinkah manusia bertahan dalam ketertatihan langkah?
mungkinkah manusia bertahan dalam keletihan?
mungkinkah manusia bertahan dalam kekeruhan pemikiran?
seribu satu kemungkinan selalu “datang” mengguncang kehidupan-ku

antara ada dan tiada . . . antara ya dan tidak
antara mungkin dan tidak mungkin . . . antara keyakinan dan keraguan …
kapan kebenaran mendapatkan kemenangan?
sehingga aku pun “harus” selalu mengulang kata-kataku
aku yakin ia ada, tapi apa? . . . aku yakin ia ada, tapi siapa?
aku yakin ia ada, tapi di mana? . . . aku yakin ia ada, tapi mengapa?
aku yakin ia ada, tapi bagaimana?
dan aku yakin mampu bertahan antara kekalahan dan kesalahan
dalam segala kesendirian aku selalu mencoba untuk memahanmi
arti sebuah kebersamaan yang pernah aku angankan,
dan yang aku merasa aku sudah merasakannya ,
dan yang sekarang aku merasakan kehilangan rasa kebersamaan itu…tapi kesalahan
-mungkin- akan saya terima kalau diri saya yang menimpakan kesalahan itu pada dirinya sendiri, dan tidak boleh ada penyesalan tentang rasa yang salah
karena aku ternyata senang merasakan tanpa menghiraukan hakekat yang aku rasa.
sekedar ada lentera aku berjalan. . . sekedar angin berhembus aku maju. . .
sekedar ada gesekan daun yang bernyanyi aku bergerak. . .
tanpa mengerti bahwa . . .
lentera yang ku anggap lentera adalah kunang-kunang
yang datang dan padam
angin yang aku harap berhembus segar ternyata “polusi kanlpot”
yang membuat keruhnya kehidupan
dan gesekan dwdaunan ternyata jeritan dan tangis kepiluan. . .
aku selalu kalah dengan kekuasaan-kekuasaan eksoteris
yang datang menjajah idealisme . . . yang sering aku rela hancur membelanya
aku selalu salah menerima kedamaian yang aku kira adalah sebuah kedamaian
aku merasa . . . berhayal . . . berangan . . . berharap . . . mendamba . . .
menerima . . . . . .tapi hanya kehampaan . . . illusi . . . halusinasi . . .
sekian lama aku merajut sisi-sisi kedamaian menurut perasaanku,
tapi tidak pernah aku melihat hasil yang aku rajut . . .
apakah aku sendiri yang merusaknya . . . ?
seperti seorang renta, yang seharian merajut tapi kemudian merusak rajutannya yang hampir berbentuk
atau karena pengaruh kekuatan lain yang ada di “luar” membawa pergi kedamaian . . .
atau karena kemarau “moral” panjang yang mendatangkan perang dan menghancurkan kedamaian yang aku nantikan lagi keberadaannya . . ?
orangpun sinis melihatku . . . aku tak benrbentuk . . . jiwa yang kosong . . .
aku memang kalah dan juga mungkin salah . . .
tapi akau tetap bertahan, antara kekalahan dan kesalahan . . .
entah sampai kapan aku bertahan . . . ?
karena aku sendiri tidak begitu mengerti tentang apa yang aku rasa dalam tulisan ini,
apakah mungkin suatu kekalahan,
ataukah suatu kesalahan,
atau mungkin “aku” sebuah kedamaian itu . . .?

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*

Islam Mosque

Silaturrahmi...


ShoutMix chat widget

Kegiatan MAM 02