Senin, 31 Januari 2011

POKOK-POKOK MANHAJ MAJLIS TARJIH:

POKOK-POKOK MANHAJ MAJLIS TARJIH:

  1. Di dalam beristidlal, dasar utamanya adalah Al Qur’an dan As Sunnah as Shahihah (al maqbulah).
  2. Ijtihad dan istinbath atas dasar ‘illat terhadap hal-hal yang tidak terdapat di dalam nash dapat dilakukan, sepanjang tidak menyangkut bidang ta’abbudi, dan memang merupakan hal yang dihajatkan dalam memenuhi kebutuhan hidup manusia. Dengan perkataan lain, Majlis Tarjih menerima ijtihad termasuk qiyas sebagai cara dalam menetapkan hukum yang tidak ada nashnya secara langsung.
  3. Dalam memutuskan sesuatu keputusan dilakukan dengan cara musyawarah. Dalam menetapkan masalah ijtihadiyah digunakan sistem ijtihad jama’iy. Dengan demikian pendapat perorangan dari anggota majlis tidak dapat dipandang sebagai pendapat majlis.
  4. Tidak mengikatkan diri kepada sesuatu madzhab tetapi pendapat imam-imam madzhab dapat menjadi bahan pertimbangan dalam menetapkan hukum, sepanjang sesuai dengan jiwa Al Qur’an dan As-Sunnah atau dasar-dasar lain yang dipandang kuat.
  5. Berprinsip terbuka dan toleran, dan tidak beranggapan bahwa hanya keputusan Majlis Tarjih yang paling benar. Keputusan diambil atas dasar landasan dalil-dalil yang dipandang paling kuat yang didapat ketika keputusan diambil. Koreksi dari siapapun akan diterima, sepanjang dapat diberikan dalil-dalil yang lebih kuat. Dengan demikian Majlis Tarjih dimungkinkan merubah keputusan yang pernah ditetapkan.
  6. Di dalam masalah aqidah (tauhid) hanya dipergunakan dalil-dalil yang mutawatir.
  7. Tidak menolak ijma’ shahabat, sebagai dasar suatu keputusan.
  8. Terhadap dalil-dalil yang ta’arudl, digunakan cara : al jam’u wat tawfiq dan kalau tidak dapat baru dilakukan tarjih.
  9. Menggunakan azas “Sabdu zhari’ah” untuk menghindari terjadinya fitnah dan mafsadah.
  10. Menta’lil dapat dipergunakan untuk memahami kandungan dalil-dalil Al Qur’an dan As-Sunnah, sepanjang sesuai dengan tujuan syari’ah. Adapun qaidah “al-hukmu yaduru ma`al `illati wujudan wa `adaman”, dalam hal-hal tertentu dapat berlaku,
  11. Penggunaan dalil-dalil untuk menetapkan sesuatu hukum dilakukan dengan cara komprehensif, utuh dan bulat, tidak terpisah.
  12. Dalil-dalil umum Al-Qur’an dapat ditakhsis dengan hadits ahad, kecuali dalam bidang aqidah.
  13. Dalam mengamalkan agama Islam digunakan prinsip “al taysir”
  14. Dalam bidang ibadah yang diperoleh ketentuan-ketentuannya dari Al Qur’an dan As Sunnah, pemahamannya dapat dengan menggunakan akal sepanjang diketahui latar belakang dan tujuannya, meskipun harus diakui bahwa akal bersifat nisbi, sehingga prinsip mendahulukan nash dari pada akal memiliki kelenturan dalam menghadapi perubahan situasi dan kondisi.
  15. Dalam hal yang termasuk “al-umur al dunyawiyah” pengunaan akal sangat diperlukan, demi untuk tercapainya kemaslahatan umat.
  16. Untuk memahami nash yang musytarak, faham sahabat bisa diterima.
  17. Dalam memahami nash, maka dhahir didahulukan dari ta’wil dalam bidang aqidah dan ta’wil shahabat dalam hal itu tidak harus diterima.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

*

Islam Mosque

Silaturrahmi...


ShoutMix chat widget

Kegiatan MAM 02